Posted by
Unknown
|
0
comments
PANTAI SIUNG
Memiliki 250 Jalur Panjat Tebing
Tepus, Gunungkidul, Yogyakarta, Indonesia
Pantai Siung kaya akan karang-karang raksasa. Tebing
karangnya memiliki 250 jalur pemanjatan, juga tempat tepat untuk menikmati
panorama pantai. Ada pula karang menyerupai siung wanara yang menjadi dasar
penamaan pantai.
Pantai Siung terletak di sebuah wilayah terpencil di
Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya sebelah selatan kecamatan Tepus. Jaraknya
sekitar 70 km dari pusat kota Yogyakarta, atau sekitar 2 jam perjalanan.
Menjangkau pantai ini dengan sepeda motor atau mobil menjadi pilihan banyak
orang, sebab memang sulit menemukan angkutan umum. Colt atau bis dari kota
Wonosari biasanya hanya sampai ke wilayah Tepus, itupun mesti menunggu
berjam-jam.
Stamina yang prima dan performa kendaraan yang baik adalah
modal utama untuk bisa menjangkau pantai ini. Maklum, banyak tantangan yang
mesti ditaklukkan, mulai dari tanjakan, tikungan tajam yang kadang disertai
turunan hingga panas terik yang menerpa kulit saat melalui jalan yang
dikelilingi perbukitan kapur dan ladang-ladang palawija. Semuanya menghadang
sejak di Pathuk (kecamatan pertama di Gunung Kidul yang dijumpai) hingga
pantainya.
Seolah tak ada pilihan untuk lari dari tantangan itu. Jalur
Yogyakarta - Wonosari yang berlanjut ke Jalur Wonosari - Baron dan Baron -
Tepus adalah jalur yang paling mudah diakses, jalan telah diaspal mulus dan
sempurna. Jalur lain melalui Yogyakarta - Imogiri - Gunung Kidul memiliki
tantangan yang lebih berat karena banyak jalan yang berlubang, sementara jalur
Wonogiri - Gunung Kidul terlalu jauh bila ditempuh dari kota Yogyakarta.
Seperti sebuah ungkapan, "bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian", begitulah kiranya perjalanan ke Pantai Siung.
Kesenangan, kelegaan dan kedamaian baru bisa dirasakan ketika telah sampai di
pantai. Birunya laut dan putihnya pasir yang terjaga kebersihannya akan
mengobati raga yang lelah.Tersedia sejumlah rumah-rumah kayu di pantai, tempat
untuk bersandar dan bercengkrama sambil menikmati indahnya pemandangan.
Satu pesona yang menonjol dari Pantai Siung adalah batu
karangnya. Karang-karang yang berukuran raksasa di sebelah barat dan timur
pantai memiliki peran penting, tak cuma menjadi penambah keindahan dan pembatas
dengan pantai lain. Karang itu juga yang menjadi dasar penamaan pantai, saksi
kejayaan wilayah pantai di masa lampau dan pesona yang membuat pantai ini
semakin dikenal, setidaknya di wilayah Asia.
Batu karang yang menjadi dasar penamaan pantai ini berlokasi
agak menjorok ke lautan. Nama pantai diambil dari bentuk batu karang yang
menurut Wastoyo, seorang sesepuh setempat, menyerupai gigi kera atau Siung
Wanara. Hingga kini, batu karang ini masih bisa dinikmati keindahannya, berpadu
dengan ombak besar yang kadang menerpanya, hingga celah-celahnya disusuri oleh
air laut yang mengalir perlahan, menyajikan sebuah pemandangan dramatis.
Karang gigi kera yang hingga kini masih tahan dari gerusan
ombak lautan ini turut menjadi saksi kejayaan wilayah Siung di masa lalu.
Menurut cerita Wastoyo, wilayah Siung pada masa para wali menjadi salah satu
pusat perdagangan di wilayah Gunung Kidul. Tak jauh dari pantai, tepatnya di
wilayah Winangun, berdiri sebuah pasar. Di tempat ini pula, berdiam Nyai Kami
dan Nyai Podi, istri abdi dalem Kraton Yogyakarta dan Surakarta.
Sebagian besar warga Siung saat itu berprofesi sebagai
petani garam. Mereka mengandalkan air laut dan kekayaan garamnya sebagai sumber
penghidupan. Garam yang dihasilkan oleh warga Siung inilah yang saat itu
menjadi barang dagangan utama di pasar Winangun. Meski kaya beragam jenis ikan,
tak banyak warga yang berani melaut saat itu. Umumnya, mereka hanya mencari
ikan di tepian.
Keadaan berangsur sepi ketika pasar Winangun, menurut
penuturan Wastoyo, diboyong ke Yogyakarta. Pasar pindahan dari Winangun ini konon
di Yogyakarta dinamai Jowinangun, singkatan dari Jobo Winangun atau di luar
wilayah Winganun. Warga setempat kehilangan mata pencaharian dan tak banyak
lagi orang yang datang ke wilayah ini. Tidak jelas usaha apa yang ditempuh
penduduk setempat untuk bertahan hidup.
Di tengah masa sepi itulah, keindahan batu karang Pantai
Siung kembali berperan. Sekitar tahun 1989, grup pecinta alam dari Jepang
memanfaatkan tebing-tebing karang yang berada di sebelah barat pantai sebagai
arena panjat tebing. Kemudian, pada dekade 90-an, berlangsung kompetisi Asian
Climbing Gathering yang kembali memanfaatkan tebing karang Pantai Siung sebagai
arena perlombaan. Sejak itulah, popularitas Pantai Siung mulai pulih lagi.
Kini, sebanyak 250 jalur pemanjatan terdapat di Pantai
Siung, memfasilitasi penggemar olah raga panjat tebing. Jalur itu kemungkinan
masih bisa ditambah, melihat adanya aturan untuk dapat meneruskan jalur yang
ada dengan seijin pembuat jalur sebelumnya. Banyak pihak telah memanfaatkan
jalur pemanjatan di pantai ini, seperti sekelompok mahasiswa dari Universitas
Negeri Yogyakarta yang tengah bersiap melakukan panjat tebing ketika Penulis
mengunjungi pantai ini.
Fasilitas lain juga mendukung kegiatan panjat tebing adalah
ground camp yang berada di sebelah timur pantai. Di ground camp ini,
tenda-tenda bisa didirikan dan acara api unggun bisa digelar untuk melewatkan
malam. Syarat menggunakannya hanya satu, tidak merusak lingkungan dan
mengganggu habitat penyu, seperti tertulis dalam sebuah papan peringatan yang terdapat
di ground camp yang juga bisa digunakan bagi yang sekedar ingin bermalam.
Tak jauh dari ground camp, terdapat sebuah rumah panggung
kayu yang bisa dimanfaatkan sebagai base camp, sebuah pilihan selain mendirikan
tenda. Ukuran base camp cukup besar, cukup untuk 10 - 15 orang. Bentuk rumah
panggung membuat mata semakin leluasa menikmati keeksotikan pantai. Cukup
dengan berbicara pada warga setempat, mungkin dengan disertai beberapa rupiah,
base camp ini sudah bisa digunakan untuk bermalam.
Saat malam atau kala sepi pengunjung, sekelompok kera ekor
panjang akan turun dari puncak tebing karang menuju pantai. Kera ekor panjang
yang kini makin langka masih banyak dijumpai di pantai ini. Keberadaan kera
ekor panjang ini mungkin juga menjadi salah satu alasan mengapa batu karang
yang menjadi dasar penamaan dipadankan bentuknya dengan gigi kera, bukan jenis
hewan lainnya.
Wastoyo mengungkapkan, berdasarkan penuturan para winasih
(orang-orang yang mampu membaca masa depan), Pantai Siung akan rejomulyo atau kembali
kejayaannya dalam waktu yang tak lama lagi. Semakin banyaknya pengunjung dan
popularitasnya sebagai arena panjat tebing menjadi salah satu pertanda bahwa
pantai ini sedang menuju kejayaan. Kunjungan wisatawan, termasuk anda, tentu
akan semakin mempercepat teraihnya kejayaan itu.
sumber YogYES.COM
0 comments: