Posted by
Unknown
|
0
comments
PANTAI SEPANJANG
Si Pantai Kuta Tempo Doeloe
Desa Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta,
Indonesia
Tak harus mahal-mahal ke Pantai Kuta di Bali kalau hanya
ingin berjemur. Ke Pantai Sepanjang saja sudah bisa berjemur namun dengan
suasana yang lebih asri.
Bila ingin bernostalgia menikmati nuansa Pantai Kuta tempo
doeloe, Pantai Sepanjang adalah tempat yang tepat. Sepanjang memiliki garis
pantai yang panjang, pasir berwarna putih yang masih terjaga, dan ombak yang
sedang. Anda tinggal memilih, ingin berjemur di atas pasir menikmati terik
matahari, membelah ombak dengan papan selancar, ataupun hanya melihat keindahan
pantai. Semuanya bisa Anda nikmati begitu tiba di pantai yang berjarak beberapa
kilometer dari Pantai Sundak ini.
Pantai Sepanjang merupakan salah satu pantai yang baru
dibuka. Nama "Sepanjang" diberikan karena ciri khas pantai ini yang
memiliki garis pantai terpanjang di antara semua pantai di Kabupaten Gunung
Kidul. Suasana pantai ini sangat alami. Bibir pantai dihiasi tumbuhan palem dan
gubug-gubug beratap daun kering. Karang di wilayah pasang surut pantai pun
masih terawat. Hempasan ombak masih memantulkan warna biru menandai air laut
yang belum banyak tercemar. Dengan suasana itu, tak salah bila pemerintah
daerah maupun investor berencana menjadikan pantai ini sebagai Pantai Kuta
kedua.
Suasana alami itulah yang menjadikan Pantai Sepanjang lebih
dari Pantai Kuta. Sepanjang tidak menawarkan hal-hal klise seperti beach cafe
dan cottage mewah, tetapi sebuah kedekatan dengan alam. Buktinya, anda akan
tetap bisa menggeledah karang-karang untuk menemukan berbagai jenis
kerang-kerangan (Mollusca) dan bintang laut (Echinodermata). Anda juga tetap
bisa menemukan limpet di batuan sekitar pantai dan mencerabut rumput laut yang
tertanam. Tentu dengan berhati-hati agar tak tertancap duri landak laut. Jelas
kan, Anda tak akan menemuinya di Pantai Kuta?
Kebudayaan masyarakat pantai juga masih sangat kental. Tak
ada bangunan permanen di pinggir pantai, hanya beberapa gubug yang ditinggali
oleh masyarakat setempat. Masih di pinggir pantai, terdapat ladang yang
digunakan penduduk untuk menanam kedelai. Pantai yang landai dan langsung
diterpa ombak menyebabkan tak ada penduduk yang melaut. Bila melihat ke
belakang, akan tampak dua buah bukit yang bagian lerengnya digunakan penduduk
setempat untuk menanam jagung sebagai sumber makanan pokok. Tanah di puncak
bukit tersebut telah dibeli oleh investor untuk dibangun sebuah villa yang
harapannya bisa digunakan sebagai penginapan wisatawan.
Sepanjang juga memiliki situs bersejarah, yaitu Banyusepuh.
"Banyu" berarti air dan "sepuh" berarti basuh atau
membasuh. Sesuai namanya, tempat yang tadinya berupa mata air ini digunakan
untuk membasuh atau memandikan. Penggunanya konon adalah para wali yang
biasanya membasuh pusakanya. Situs ini tak akan diketahui keberadaannya bila
tak bertanya ke penduduk setempat. Ketika penulis melihat, situs ini hanya
tinggal kubangan kering yang ditumbuhi tanaman liar.
Capek berkeliling, maka istirahatlah. Gubug-gubug yang
berada di pinggir pantai biasanya digunakan penduduk untuk menjual makanan dan
minuman yang sekiranya cukup untuk melepas lapar dan dahaga. Disediakan pula
lincak (tempat duduk yang disusun dari bambu) untuk tempat ngobrol dan
menikmati semilirnya angin pantai. penulis sempat merasakan betapa sejuknya
berteduh di bawah gubug. Kalau senja tiba, tengoklah ke barat untuk menyaksikan
kepergian matahari. Walau kini belum ada villa, namun penduduk setempat cukup
terbuka bila ada yang menginap.
Soal oleh-oleh jika pulang, pengunjung tak perlu
berpusing-pusing mencari. Bukankah oleh-oleh tak harus selalu berbentuk
makanan? Beberapa penduduk yang tinggal beberapa kilometer dari pantai sudah
membuat kerajinan tangan berbahan dasar cangkang kerang-kerangan yang kemudian
dipasarkan oleh penduduk pantai. Meski tak sekomersil di Malaysia, kerajinan
tangan yang dibuat oleh penduduk cukup bervariasi. Ada kreasi berbentuk kereta
kencana, orang-orangan, barong, jepitan, ataupun yang hanya sekedar dikeringkan
dan dipendam di dalam pasir. Beberapa di antaranya dilukis sederhana
menggunakan cat.
Harga kerajinan yang murah tak berarti bernilai rendah.
Kerajinan berbahan dasar Mollusca sebenarnya memiliki nilai historis yang
besar. Jika pernah membaca buku ataupun artikel tentang Conchology, Anda akan
mengetahui bahwa kerajinan tersebut adalah bentuk kebudayaan maha tinggi yang
berkembang di masyarakat pesisir. Orang-orang Hawaii di Amerika Serikat,
Kepulauan Melanesia, atapun Maori di Selandia Baru mengembangkan kerajinan
serupa. Mereka merangkai cangkang kerang-kerangan menjadi kalung, rok, ikat
pinggang, hingga memahat dan melukisnya menjadi seni rupa maha dahsyat.
Apabila uang di dompet sedang mepet, pengunjung dapat
mengkoleksi cangkang yang ada di pinggiran pantai. Benda kecil ini dapat
menjadi hadiah menarik bila diproses lebih lanjut. Ambil beberapa buah cangkang
yang masih utuh kemudian masukkan dalam kantong plastik. Sesampainya di rumah,
belilah tembakau atau mint dan campurkan dengan alkohol 90%. Setelah direndam
sehari semalam, ambil cangkang dan gosok perlahan. Langkah itu akan
menghilangkan lapisan kapur pada cangkang sehingga yang tinggal hanya lapisan
tengahnya saja (lapisan prismatik). Gosokan akan membuat warna cangkang lebih cemerlang.
Nah, sangat menarik bukan berwisata di tempat Sepanjang?
Jadi, tunggu apa lagi? Anda tinggal melaju dengan sepeda motor atau menginjak
pedal gas mobil Anda. Tak usah menggubris naik turunnya medan ataupun jalan
bebatuan menuju pantai ini sebab keindahan alam dan budaya yang akan dinikmati
jauh lebih dari pengorbanan Anda. Percayalah, semua akan terbayar dan Anda pun
akan berkata seperti salah seorang turis asal Belanda yang ditemui penulis,
"Ini betul-betul si Kuta baru. Banyak pantai di sini dan Bali sudah sangat
turistik, tapi di sini pantai tenang. Sangat menyenangkan.
sumber YogYES.COM
0 comments: